Eksposisi Yakobus 1:12-18 (Bagian 2/2)
II) Pencobaan II (ayat 13-15).
Yakobus 1:13 (TB) Apabila seorang dicobai, janganlah ia berkata: "Pencobaan ini datang dari Allah!" Sebab Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai siapa pun.
Yakobus 1:14 (TB) Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya.
Yakobus 1:15 (TB) Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut.
1) Ayat 14-15 berbicara tentang keinginan.
Keinginan tidak selalu merupakan dosa. Kalau kita mempunyai keinginan untuk mentaati Tuhan, melayani Tuhan dsb, ini tentu merupakan keinginan yang baik. Bahkan kalau kita mempunyai keinginan untuk tidur, makan, dsb ( selama dalam batas yang wajar ), maka itu jelas bukan dosa. Tetapi ada banyak keinginan yang bersifat dosa, seperti ingin barang orang lain ( iri hati ), ingin berzinah, ingin membalas kejahatan dengan kejahatan dsb.
Keinginan yang berdosa inilah yang dimaksudkan dengan pencobaan dalam ayat 13 ini! Jadi, arti ‘pencobaan’ dalam ayat 12 berbeda dengan dalam ayat 13. Keinginan dalam ayat 13 itu, sekalipun belum dituruti / dilaksanakan, sudah merupakan dosa!!!
Tetapi bagaimana dengan ayat 15 nya.. ???
a) Ayat 15a: ‘apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa’.
Apakah ini bisa diartikan bahwa keinginan yang belum dibuahi / dilakukan bukanlah dosa? Tidak! ‘Melahirkan dosa’ artinya dosanya menjadi kelihatan. Tadi, sebelum keinginan itu dibuahi / dilakukan, itu sudah merupakan dosa, tetapi dosa itu ‘masih dalam kandungan’, artinya ‘dosa itu belum kelihatan’. Tetapi pada waktu keinginan itu dibuahi / dilakukan, maka dosanya ‘lahir’ / ‘menjadi kelihatan’.
Bandingkan dengan:
· Mazmur 7:15 - “Sesungguhnya orang itu hamil dengan kejahatan, ia mengandung kelaliman dan melahirkan dusta”.
· Yesaya 59:4b-5,13b - “(4b) orang mengandung bencana dan melahirkan kelaliman. (5) Mereka menetaskan telur ular beludak, dan menenun sarang laba-laba; siapa yang makan dari telurnya itu akan mati, dan apabila sebutir ditekan pecah, keluarlah seekor ular beludak. ... (13b) kami merancangkan pemerasan dan penyelewengan, mengandung dusta dalam hati dan melahirkannya dalam kata-kata”.
Jelas bahwa kedua text di atas ini juga mengatakan adanya dosa yang ada dalam kandungan (disebut ‘kejahatan’ / ‘kelaliman’ / ‘bencana’ / ‘dusta dalam hati’) dan dosa yang sudah dilahirkan (disebut ‘dusta’ / ‘kelaliman’ / ‘kata-kata dusta’). Dan text yang kedua juga menggambarkan dosa mula-mula sebagai telur yang belum menetas, yang akhirnya lalu menetas. Semua ini sama-sama menggambarkan dosa yang tidak terlihat (karena masih ada dalam hati) dan dosa yang terlihat (karena sudah dilakukan / diucapkan).
Catatan: semua ini hanya berlaku bagi manusia. Tetapi bagi Allah, dosa yang masih ada di dalam kita atau yang sudah lahir, tetap terlihat.
Kesimpulan bagi Allah, dosa tetap terlihat walaupun itu masih ada di dalam kita ( hati ) atau yang sudah lahir ( dalam perbuatan / doing ).
b) Ayat 15b: ‘apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut’.
Ayat ini dipakai oleh gereja Roma Katolik untuk mengajarkan adanya:
1. Dosa besar (mortal sin), yang upahnya maut (bahkan bisa menghancurkan keselamatan orang yang sudah selamat).
2. Dosa kecil (venial sin). Yang ini tidak membawa maut, dan tidak diakuipun tidak apa-apa.
Ajaran ini tidak alkitabiah, karena sekalipun tingkatan-tingkatan dosa itu memang ada, tetapi setiap dosa yang bagaimanapun kecilnya, upahnya juga adalah maut ( Roma 6:23 - “Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita”.).
Kalau demikian, lalu apa artinya ayat 15b itu ??? ‘Dosa itu sudah matang’ tidak menunjuk pada satu dosa saja, tetapi menunjuk pada seluruh kehidupan orang yang berbuat dosa itu. Perlu kita ketahui bahwa Allah punya batas untuk banyaknya dosa yang dilakukan seseorang. Sebelum batas itu tercapai, maka Allah bersabar / menunda penghukuman. Tetapi kalau batas itu sudah tercapai, maka Allah akan menghukum.
Kejadian 15:16 - “Tetapi keturunan yang keempat akan kembali ke sini, sebab sebelum itu kedurjanaan orang Amori itu belum genap.’”.
Ayat ini berbicara tentang kedurjanaan orang Amori / Kanaan yang belum genap, dan ini menyebabkan mereka belum dihukum / dimusnahkan. Tetapi setelah dosa mereka genap (mencapai batas yang Tuhan tetapkan), maka mereka dihukum / dimusnahkan.
Kesimpulan: Arti ayat 15 ini adalah: keinginan berdosa itu sudah merupakan dosa. Kalau keinginan itu dituruti, maka dosanya menjadi kelihatan. Kalau hal itu terus dilakukan, dan batas dosa yang ditentukan oleh Allah sudah tercapai, maka datanglah maut !!!. Karena itu, kalau saudara berbuat dosa, dan kelihatannya Allah membiarkan saja, hati-hatilah!!! Siapa tahu, kurang satu dosa saja, pas bandrol maka anda bisa lalu dibuang ke neraka!
2) Sekarang perlu dipersoalkan: apakah pencobaan seperti ini (keinginan yang berdosa) bisa datang dari Allah? Jawabnya ada dalam ayat 13: “Apabila seorang dicobai, janganlah ia berkata: ‘Pencobaan ini datang dari Allah!’ Sebab Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai siapapun”. Jadi, jawabannya adalah ‘tidak’!
Mengapa hal seperti ini dipersoalkan oleh Yakobus? Karena orang Yahudi mempunyai kepercayaan bahwa dalam diri manusia ada 2 kecondongan: kecondongan untuk berbuat baik dan kecondongan untuk berbuat jahat. Kecondongan untuk berbuat jahat itu datang dari setan. Lalu, dari mana setan mendapat hal yang jahat itu ??? Tidak ada jawaban lain selain: ‘dari Tuhan’. Jadi kesimpulan mereka adalah: Allah adalah sumber / pencipta dosa!
Dengan demikian, kalau dalam diri mereka ada keinginan yang berdosa, maka mereka melemparkan tanggung jawab kepada Tuhan dan menjadikan Tuhan sebagai kambing hitam!
Matthew Henry: “We are here taught that God is not the author of any man’s sin. ... The carnal mind is willing to charge its own sins on God. There is something hereditary in this. Our first father Adam tells God, The woman thou gavest me tempted me, thereby, in effect, throwing the blame upon God, for giving him the tempter. Let no man speak thus. It is very bad to sin; but is much worse, when we have done amiss, to charge it upon God, and say it was owing to him” (= Kita diajar di sini bahwa Allah bukanlah pencipta dari dosa manusia yang manapun. ... Pikiran yang bersifat daging mau membebankan dosa-dosanya sendiri kepada Allah. Ada sesuatu yang bersifat turun temurun dalam hal ini. Bapa kita yang pertama, Adam, memberitahu Allah, Perempuan yang Engkau berikan kepadaku mencobai aku, dengan itu, sebenarnya, melemparkan kesalahan kepada Allah, karena memberinya si pencoba. Janganlah siapapun berbicara seperti itu. Adalah sesuatu yang sangat buruk untuk berbuat dosa; tetapi adalah jauh lebih buruk, pada waktu kita telah melakukan yang salah, membebankannya kepada Allah, dan berkata bahwa itu disebabkan oleh Dia).
Karena itulah maka di sini Yakobus membela Allah, dan ia bahkan menegur mereka dalam ayat 16-17 - “(16) Saudara-saudara yang kukasihi, janganlah sesat! (17) Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; padaNya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran”.
Penerapan: Kalau ada orang menyalahkan Allah, apakah saudara berani membela Allah dan menegur orang itu?
Beberapa alasan yang diberikan Yakobus untuk mendukung pandangannya bahwa Allah tidak memberikan pencobaan jenis ini:
a) Allah tidak dapat dicobai dan tidak mencobai (ayat 13).
Ayat 13: “Apabila seorang dicobai, janganlah ia berkata: ‘Pencobaan ini datang dari Allah!’ Sebab Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai siapapun”.
Artinya: Allah itu suci / murni dan tidak terpengaruh oleh kecondongan dosa. Karena itu maka tidak mungkin Allah mencobai manusia dengan pencobaan jenis ini ( memberi keinginan berdosa ).
Catatan: Ayat 13 ini tidak bertentangan dengan Matius 4:1-11 / Lukas 4:1-13, yang menunjukkan bahwa Yesus dicobai oleh setan. Mengapa demikian… ??? Karena:
1. Arti kata ‘dicobai’ dalam ayat 13 ini adalah ‘tidak terpengaruh oleh kecondongan dosa’, bukan ‘diserang oleh setan’ seperti dalam Mat 4:1-11 / Luk 4:1-13!
2. Yesus dicobai sebagai manusia, bukan sebagai Allah.
b) Allah adalah sumber dan pencipta kebaikan (ayat 17a), dan karenanya Ia tidak mungkin memberikan keinginan yang berdosa.
Bahwa Allah adalah sumber dan pencipta kebaikan, ditunjukkan dengan Ia melakukan kelahiran baru (ayat 18).
Ay 17-18: “(17) Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; padaNya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran. (18) Atas kehendakNya sendiri Ia telah menjadikan kita oleh firman kebenaran, supaya kita pada tingkat yang tertentu menjadi anak sulung di antara semua ciptaanNya”.
Kata ‘menjadikan’ dalam ayat 18 itu seharusnya adalah ‘melahirkan’.
NIV: ‘He chose to give us birth’ (= Ia memilih untuk melahirkan kita).
NASB: ‘He brought us forth’ (= Ia melahirkan kita).
Catatan: kelahiran baru yang dibicarakan di sini adalah kelahiran baru dalam arti luas (mencakup iman dan pertobatan), bukan kelahiran baru dalam arti sempit. Kalau dalam arti sempit maka tidak digunakan ‘firman kebenaran’!
Perhatikan juga bahwa Ia melakukan kelahiran baru itu ‘atas kehendakNya sendiri’ (ayat 18a). Jadi jelas bahwa tanpa kehendak Allah tidak mungkin seseorang bisa beriman / bertobat!
c) Allah adalah Bapa segala terang (ay 17).
Ay 17: “Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; padaNya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran”.
Yang dimaksud dengan ‘terang’ adalah pengetahuan ilahi dan kesucian. Semua ini lagi-lagi menunjukkan bahwa Allah tidak mungkin memberikan keinginan yang berdosa.
d) Allah tidak mungkin berubah (ay 17b).
Ay 17: “Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; padaNya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran”.
Karena itu Ia tidak mungkin sebentar suci, sebentar berdosa, sebentar baik, sebentar jahat dsb. Lagi-lagi ini menunjukkan bahwa Ia tidak mungkin memberikan keinginan yang berdosa.
3) Kalau demikian, keinginan berdosa itu datang dari mana ???
Jawabnya ada dalam ayat 14: “Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya SENDIRI, karena ia diseret dan dipikat olehnya”.
Ayat ini mengatakan bahwa kita dicobai oleh keinginan kita sendiri!
Ini tidak berarti bahwa ada dosa-dosa yang terjadi tanpa campur tangan setan!
Lukas 4:13 - “Sesudah Iblis mengakhiri semua pencobaan itu, ia mundur dari padaNya dan menunggu waktu yang baik”.
1 Petrus 5:8 - “Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya”.
Lukas 4:13 dan 1 Petrus 5:8 ini menunjukkan bahwa setan selalu mencari kesempatan untuk menjatuhkan kita ke dalam dosa.
Tetapi di sini Yakobus tidak membahas tentang peranan setan tersebut, karena ia menginginkan supaya kita tidak mencari kambing hitam.
Pada jaman ini ada banyak gereja senang mengkambing-hitamkan setan kalau mereka berbuat dosa. Caranya adalah dengan mengatakan adanya roh zinah, roh kemarahan, roh iri hati dsb, dan menyalahkan roh-roh itu kalau mereka berbuat zinah, marah, iri hati dsb. Pengkambing-hitaman semacam ini adalah salah!
Perhatikan Kejadian 3, pada waktu Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa. Mereka jatuh ke dalam dosa karena godaan setan, tetapi Allah tetap menganggap Adam dan Hawa bersalah, dan menghukum mereka!
Karena itu, kalau saudara mempunyai keinginan berdosa, saudaralah yang salah! Saudara yang harus minta ampun kepada Tuhan. Saudara yang harus bertobat!
Comments
Post a Comment